• Menelusuri jejak Menguak Rahasia Mutiara Pulau Wawonii

    Rona senja yang merarak langit di ufuk barat, ketika itu bola matahari yang terlihat sangat jelas. sinar yang semakin redup berwarna maron, hendak berjalan semu perlahan masuk kedalam peraduannya.

  • Dermaga Cinta

    Ku mulai jalan ini mengayuh biduk bersama cahaya rembulan di tengah purnama, walau diantara buih meniti samudera dengan semangat yang melambung jauh untuk menggapai harapan, alangkah kerinduan dengan jiwa yang menepi laut tak kuasa untuk melangkah sampai tujuan.

  • SEKAPUR SIRIH ( PESAN PERKAWINAN )

    Karena takdir sesuatu yang pasti akan terjadi Allah peruntukkan, entah kapan, dimana dan kepada siapa “ Jodoh “ itu Tuhan tunjukkan adalah sungguh menjadi rahasianya, namun itu pasti terjadi “

  • TAPUNO MASEKENO

    Toponimi sebuah tempat atau daerah selalu mendasarkan pada inspirasi atau fenomena dari kejadian atau peristiwa yang ada didaerah tersebut untuk menjadi nama atau penyebutan sebuah daerah lazim menjadi tempat atau daerah penghunian.

  • Membangun Pariwisata Konawe Kepulauan Berbasis Budaya

    Salah satu potensi yang sangat menjanjikan dalam rangka upaya menggali sumber-sumber pembiayaan pembangunan daerah di Kabupaten Konawe Kepulauan adalah sektor pariwisata.

DUNIA PENDIDIKAN KONKEP SEDANG SAKIT


Pendidikan secara umum dapat dipahami sebagai upaya memanusiakan manusia artinya pendidikan memiliki tujuan untuk memberi pengetahuan dan watak, mendidik manusia agar memiliki moral dan etika dan memiliki martabat. Dalam hubungannya itu pendidikana yang ada di Konkep di perhadapkan pada berbagai problem dengan dinamika kasuistik yang berdampak pada sistem pengelolaan yang kurang efektif, tingkat pemenuhan mutu dan tercapainya tujuan pendidikan secara holistik. Ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi pemerintahan Konkep khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang membidangi khusus tentang maju atau mundurnya tentang pendidikan yang ada di Wawonii. Pada beberapa komentar dan artikel yang saya baca terkait pendidikan yang terjadi di Konkep, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan hanya mementingkan pembangunan fisik dengan orientasi proyek, tanpa memperhatikan faktor-faktor mutu dalam rangka peningkatan kwalitas anak didik yang arahnya tentu mencerdaskan manusia agar memiliki pengetahuan, skill, watak serta moral.

Dunia pendidikan Konkep sedang sakit karena tidak lagi memiliki jiwa untuk membangunkan semangat, watak dan karakter untuk memiliki harkat dan martabat, karena Pemerintah hanya mementingkan model model pendidikan yang menghasilkan untuk siap memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek adalah wujud dari dehumanisasi yang merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercabut dari akar-akar budayanya yang tumbuh dan berkembang. Terbukti bahwa saat ini yang terjadi adalah demoralisasi masyarakat dalam tata pergaulan sosial yang jauh mementingkan egoisitas dan kepentingan kelompok secara brutal.

Bukankah kita telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan kita harus terlebur dalam “strategi sebuah sistem budaya kita yang sudah lama mengakar yakni kebudayaan Wawonii”,untuk tujuan filterisasi nilai-nilai budaya asing yang mereduksi tata nilai budaya dan tradisi yang kita bangun selama ini. Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain? 

Menjadi perhatian semua pihak terutama pemerintah daerah Konkep untuk segera melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka membangun dunia pendidikan agar lebih bergairah lagi dan agar elaborasi sistematik antara budaya dan pendidikan menjadi satu paduan yang serasi untuk membentuk watak bangsa yant di dalamnya ada manusia terdidik dan memiliki etika dan moral untuk membangun bangsa ini.
Share:

REVOLUSI MENTAL KEPEMIMPINAN DAERAH KONAWE KEPULAUAN

Reorientasi pemahaman politik, budaya kesantunan serta restorasi nilai-nilai aplikatif kepemimpinan daerah yang relevan dengan peradaban modern adalah trend baru kepemimpinan dunia mutakhir, hingga di banyak negara mengadopsi nilai-nilai kultural masa lalu yang ortodoks untuk melengkapi gaya-gaya kepemimpinan masa kini. Di negara manapun termasuk negara adidaya seperti Amerika dan Rusia telah menggali dan menemukan substansi gaya kepemimpinan ortodoks yang masih relevan dengan kondisi masa kini di era teknologikal dengan sistem dan perangkat yang canggih sekalipun. Jika kita menarik benang merahnya pada kepemimpinan kebanyakan yang terjadi sekarang justru menafikkan nilai-nilai budaya yang sungguh menjadi tradisi kepemimpinan yang berhasil membawa ketenteraman rakyat di masa lalu. Mestinya kita harus belajar pada episode sejarah bukan malah melupakan sejarah dan apa yang di praktekkan para pemimpin besar dunia seperti Jawaharlal Nehru, Napoleon Bonaparte sekalipun mereka datang dari abad yang tidak melek terhadap aksara tetapi memiliki wibawa dan kharisma yang besar terhadap rakyat, maka kemudian muncul Sukarno sebagai anak desa yang mencoba dengan inspirasi besar hingga membawa Indonesia ke kancah dunia dengan label nusantara. Alhasil negara dalam arti Indonesia di bawah panji-panji Bhineka Tunggal Ika mampu menyatukan keragaman Indonesia menjadi bangsa yang teduh, negara yang damai dengan revolusi mental Sukarno.

Wawonii di masa yang lalu juga pernah melahirkan kepemimpinan kharismatik yang bernilai budaya dan berhasil mencatatkan diri sebagai pemimpin yang tersohor dengan membangun peradaban Wawonii yang mentereng. Beliau adalah Lakino Wawonii ke 8 MBEOGA yang nota bene adalah sosok pemimpin yang bijak dengan gaya-gaya kepemimpinan islam kebanyakan. Tapi mengapa kita hari ini tak bisa mengadopsi gaya kepemimpinan beliau-beliau yang telah membawa negeri yang mereka pimpinan dapat berhasil dan sukses ? REVOLUSI MENTAL perlu hadir untuk pencerahan kepemimpinan daerah dan khususnya Konawe Kepulauan yang memiliki gaya kepemimpinan modern, dengan mengabaikan pada nilai-nilai budaya dan peradaban yang telah lama tumbuh dan berakar di bumi kelapa.

Mestinya kita malu pada moyang kita sendiri yang arwahnya dapat melihat kita setiap saat apa yang kita lakukan pada negeri ini, namun kita sendiri tidak mau belajar dan mau memahami tentang budaya kita yang mengandung nilai-nilai ajaran moralitas dan etika yang tinggi.Walau itu juga belum terlambat untuk kita mulai menata daerah ini dengan kepemimpinan yang bijak asal kita mau mendengar suara-suara rakyat yang telah terisi dengan nilai-nilai budaya yang sudah mapan. Sekedar mengingatkan kita kembali bahwa sebagai manusia biasa kadang terlupa bahwa budaya menjadi jiwa untuk menghidupkan kepemimpinan masyarakat, budaya adalah perikatan moral dan etika yang telah merasuk jiwa setiap masyarakat dalam pergaulan hidup sehari-hari sehingga sebuah kepemimpinan bisa tegak, bisa kuat dan bisa tangguh menghadapi segala tantangan zaman termasuk di Wawonii.
Share:

PENDIDIKAN



DUNIA PENDIDIKAN KONKEP SEDANG SAKIT

Pendidkan secara umum dapat dipahami sebagai upaya memanusiakan manusia artinya pendidikan memiliki tujuan untuk memberi pengetahuan dan watak, mendidik manusia agar memiliki moral dan etika dan memiliki martabat. Dalam hubungannya itu pendidikana yang ada di Konkep di perhadapkan pada berbagai berbagai problem dengan dinamika kasuistik yang berdampak pada sistem pengelolaan yang kurang efektif, tingkat pemenuhan mutu dan tercapainya tujuan pendidikan secara holistik. Ini tentu menjadi tantangan dan pekerjaan rumah bagi pemerintahan Konkep khususnya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan yang membidangi khusus tentang maju atau mundurnya tentang pendidikan yang ada di Wawonii. Pada beberapa komentar dan artikel yang saya baca terkait pendidikan yang terjadi di Konkep, pemerintah daerah dalam hal ini Dinas Pendidikan hanya mementingkan pembangunan fisik dengan orientasi proyek, tanpa memperhatikan faktor-faktor mutu dalam rangka peningkatan kwalitas anak didik yang arahnya tentu mencerdaskan manusia agar memiliki pengetahuan, skill, watak serta moral.
Dunia pendidikan Konkep sedang sakit karena tidak lagi memiliki jiwa untuk membangunkan semangat, watak dan karakter untuk memiliki harkat dan martabat, karena Pemerintah hanya mementingkan model model pendidikan yang menghasilkan untuk siap memenuhi kebutuhan zaman dan bukannya bersikap kritis terhadap zamannya. Manusia sebagai objek adalah wujud dari dehumanisasi yang merupakan fenomena yang justru bertolak belakang dengan visi humanisasi, menyebabkan manusia tercabut dari akar-akar budayanya yang tumbuh dan berkembang. Terbukti bahwa saat ini yang terjadi adalah demoralisasi masyarakat dalam tata pergaulan sosial yang jauh mementingkan egoisitas dan kepentingan kelompok secara brutal.
Bukankah kita telah sama-sama melihat bagaimana kaum muda zaman ini begitu gandrung dengan hal-hal yang berbau Barat? Oleh karena itu strategi pendidikan kita harus terlebur dalam “strategi sebuah sistem budaya kita yang sudah lama mengakar yakni kebudayaan Wawonii”,untuk tujuan filterisasi nilai-nilai budaya asing yang mereduksi tata nilai budaya dan tradisi yang kita bangun selama ini.  Mampukah kita menjadikan lembaga pendidikan sebagai sarana interaksi kultural untuk membentuk manusia yang sadar akan tradisi dan kebudayaan serta keberadaan masyarakatnya sekaligus juga mampu menerima dan menghargai keberadaan tradisi, budaya dan situasi masyarakat lain?

Menjadi perhatian semua pihak terutama pemerintah daerah Konkep untuk segera melakukan langkah-langkah strategis dalam rangka membangun dunia pendidikan agar lebih bergairah lagi dan agar elaborasi sistematik antara budaya dan pendidikan menjadi satu paduan yang serasi untuk membentuk watak bangsa yant di dalamnya ada manusia terdidik dan memiliki etika dan moral untuk membangun bangsa ini.
Share:

Recent Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *