SEKILAS TENTANG WAWORETE
Oleh :
Haikal Primawangsa Taslim
Menyebut nama Waworete orang pasti
teringat dengan salah satu Kecamatan yang dulu ada di wawonii bagian timur ketika
Wawonii masih terbagi 2 kecamatan yakni Kecamatan Wawonii yang kini menjadi
Wawonii Barat dengan Ibukota Langara dan Kecamatan Waworete yang kini bernama
Wawonii Timur dengan Ibukotanya Munse. Penamaan Waworete dulu sebagai kecamatan
terinspirasi dengan nama gunung Waworete, satu-satunya gunung yang ada di Pulau
Wawonii artinya banyak tempat ketinggian yang berarti wawo atau diatas
(bukit/gunung) yang menunjukkan ketinggian atau gunung seperti Wawongkeuwatu, Wawolelu,
Wawolangi, Wawodini, Wawompehulua, Wawobuku, Wawolaa, Wawobili dll, namun
diantara wawo-wawo tersebut tidak ada yang setara dengan Waworete untuk bisa di
kategorikan sebagai gunung. Wawo-wawo tersebut hanya bisa diartikan sebagai
bukit atau lengkung relief struktur bumi yang yang ada diantara lembah sehingga
terdapat bagian yang menunjuk ketinggian sebagai perbukitan. Waworete terdiri
dari penggalan kata Wawo dan Rete. Wawo berarti bukit atau gunung sedangkan
Rete artinya rata atau sejajar. Jadi Waworete artinya gunung yang rata atau
tingkat derajat yang sejajar.
Dalam kaitan ini Waworete menyimpan sekelumit
sejarah tentang suku asli pulau ini yang ada di kaki gunung waworete yakni To
Waworete (suku Torete) atau To Ulu Laa ( hulu sungai atau orang yang berada di
Hulu sungai ) yang selama ini menjadi misteri dan perlu diungkap sebagai bagian
dari peristiwa sejarah Wawonii masa lalu. Berbicara orang asli atau suku asli
di pulau wawonii hanya ada 2 komunitas asli yang mendiami pulau ini antara lain
: Suku Wawonii atau To Wawonii yang berada di Laa Wawonii atauTangkombuno dan
suku To Rete atau To Ulu Laa yang ada di kaki gunung Waworete.
Cerita tentang Waworete banyak
memiliki catatan peristiwa yang bisa dihubungkan dengan kesejarahan Wawonii,
baik dalam pengungkapan terhadap misteri kegaiban tempat yang konon menyingkap
cerita terhadap toponimi sebuah tempat atau legenda sebuah tempat yang memiliki
cerita kejadian seperti WAWODINI (bukit Jin), TIIMA (tempat turunnya para
bidadari dari kayangan) dan TAPAWAWI ( tempat pemanggangan babi ).
Tempat-tempat tersebut menunjukkan adanya kesan peristiwa masa lalu menyangkut
aktifitas sosial yang terjadi sebelum manusia yang ada di pulau ini mengenal
agama. Hal ini kemudian terjadi interaksi
komunal, peristiwa budaya dan peradaban pada komunitas generasi secara turun
temurun di sebuah suku yang di kenal dengan sebutan suku To Rete atau To Ulu Laa.
Suku To Rete yang berdiam di Waworete
tidak bertahan begitu lama, hanya memiliki turunan beberapa generasi lalu
melakukan pengungsian ke daerah Soropia, pulau Torete, Mata/sorue dan Lahundape
(Kemaraya). Peristiwa pengungsian tersebut disebabkan karena adanya wabah siput
putih penyebab penyakit yang menimpa pada suku torete tersebut, sehingga
kemudian mengakibatkan adanya peristiwa perpindahan atau migrasi yang cepat padsa komunitas Torete tersebut dari
Pulau Wawonii.
Dalam artikulasi bahasa To Rete
berarti orang yang memiliki kesamaan derajat, artinya bahwa dalam komunitas
tersebut tidak ada Raja atau Penguasa dan tidak ada pula budak atau masyarakat yang di perintah. Semuanya memiliki status dan
derajat yang sama dalam tataran hidup sosial. Kata Torete ini juga merupakan
pembeda, karena di Lawawonii atau Tangkombuno ada komunitas yang kemudian
menjadi penguasa karena memiliki kecerdasan yang tinggi untuk membentuk sebuah
sistem pemerintahan yang berpusat di Tangkombuno dengan istana kerajaan yang bernama WATUNTINAPI. Kerajaan
tersebut adalah Kerajaan Wawonii dengan rajanya yang terkenal bernama MBEOGA.
Beliaulah yang memiliki istana dan memiliki kekuasaan pada masa kejayaan
masuknya islam di Wawonii hingga Raja Lakidende pun belajar islam di Kerajaan
Wawonii saat itu
Menyingkap tentang waworete ada
banyak hal yang perlu ditelusuri terutama menyangkut potensi kekayaan alam
wawonii yang selama ini telah menjadi buah bibir para pemerhati pulau Wawonii
baik kalangan peneliti, dunia usaha, budayawan, tourizm maupun orang yang hanya
sekedar melancong menikmati keindahan alam. Ada beberapa fenomena alam unik
yang ada di waworete yakni adanya Danau di tengah-tengah gunung waworete dan
ditengah danau tersebut terdapat sebuah pulau yang ditumbuhi pohon kelapa
berwarna kuning. Dan disekeliling danau tersebut ditumbuhi pohon peropah atau
pedada yang sama dengan pohon peropah yang ada di pinggir laut. Disamping itu
juga di gunung waworete terdapat padang ilalang yang menjadi habitat kerbau
sejauh mata memandang, yang kadang orang dapat menyaksikan saat mencari rotan
di hutan Waworete . Kerbau tersebut adalah kepunyaan LAKINO WAWONII KE X, H.
MUHAMMAD GAZALI TASLIM sebagai hadiah atau gaji pertama dari Belanda saat
pelantikan beliau sebagai Distrik I (Pertama) Tahun 1911 di Kesultanan Buton. Setelah
beliau meninggal dunia kerbau tersebut kemudian lari ke hutan dan berkembang biak
yang sampai hari ini masih merupakan misteri dan belum di ketemukan kembali.
Konon kerbau tersebut telah disembunyikan para jin sepeninggal tuannya.
Disamping itu juga ada fenomena
menarik lain yang telah di perbincangkan banyak kalangan terutama para
peneliti. Sebuah mitos besar yang telah berkembang dari zaman dahulu bahwa di
tengah-tengah gunung Waworete terdapat seekor kerbau emas yang jika pada malam
hari memancarkan cahaya yang amat terang keudara. Konon kerbau emas dimaksud
adalah Permata raksasa atau intan yang selalu memancarkan sinar kegaiban untuk
menerangi alam raya hingga kelangit tempat bersemayamnya para Bidadari. Dari
penyaksian beberapa orang yang ketika sedang memancing di laut tentang cahaya
tersebut memberi isyarat bahwa Pulau Wawonii sesungguhnya adalah Pulau titipan
para dewa yang menjadi misteri sampai hari ini. Artinya bahwa ada mutiara terpendam
di pulau wawonii yang hingga kini belum terungkap baik pada hal-hal yang
menyangkut gaib maupun pada potensi alam berharga yang masih tersembunyi di
bumi Wawonii berupa bahan tambang dan potensi lainnya. Sebagai salah satu
contoh misal yang terjadi adanya tambang emas di Wawonii yang ketika hasil
sampel benar-benar akurat berdasarkan hasil Lab namun setelah di eksplorasi
ternyata hasilnya hanya berupa belerang. Hal ini menunjukkan bahwa pulau
wawonii sesungguhnya ada yang menguasainya secara gaib. Untuk mengungkap rahasia ini lebih jauh
memerlukan waktu dan metode yang berdasarkan pada dimensi mistisisme
supranatural melalui para sesepuh pulau ini yang mendapat wangsit untuk
mengungkap rahasia tersebut.
Walaupun demikian hal-hal lain yang
menyangkut tentang panorama alam, sebagai potensi yang mengundang banyak orang
dari sektor wisata akan terus dilakukan dalam rangka menjadikan pulau Wawonii
sebagai salah satu destinasi penting yang patut diandalkan. Menjadi tugas kita
semua terutama para pemerhati wisata, agar mencari solusi pengembangan daerah
melalui promosi spot-spot wisata unggulan sehingga pihak-pihak pemangku
kepentingan dapat segera menjadikan Wawonii sebagai daerah tujuan atau
destinasi wisata yang menjanjikan.
Kendari, 3 April 2016
WAWONII BERSINAR
Tidak ada komentar:
Posting Komentar