Sebuah Ujian Ketabahan



SEBUAH UJIAN KETABAHAN
Oleh  :  Arief Gazali Sidek

Kesenangan, kegembiraan, kesedihan dan bahkan penderitaan
adalah kodrat yang sudah Allah tentukan
sebagai bahagian dari persoalan hidup manusia
dan bahkan jauh sebelum manusia ada dan diciptakan
Allah pun telah menetapkannya di  sebuah  alam IDEA,
alam dimana manusia dapat berimajinasi,
berinspirasi pada sebuah dimensi cita cita yang tinggi
dalam pandangan hakiki yang menjadi rahasia allah.

Dan bahwa manusia dengan segala kehendak hatinya
Allah telah tetapkan pula
garis  batas kebajikan dalam sebuah  ketentuan azali bagi hambanya.
Tentang  sesuatu dimana manusia harus berada dan beraktifitas hidup
bukanlah sebuah  kehendak yang mandiri bagi dirinya
untuk  menentukan hidup semaunya,
karena ternyata diatas singgasana arasy yang tinggi
Allah menetapkan TAKDIR ke maha kuasaan nya
dalam mengatur alam ini seluruhnya
termasuk  gerak hidup bagi manusia diatas bumi ini.

Sebagai hamba yang taat dan patuh pada penciptaan,
tentu  harus  menyadari  bahwa
 kondisi aktifitas hidup yang  Tuhan  telah tetapkan,
termasuk ketentuan untuk harus berpisah dengan ISTRI TERCINTA
serta ANAK ANAK TERSAYANG walau hanya sementara,
adalah sebuah konsekuensi hidup dari ketetapan  azali Tuhan
untuk memberi  UJIAN KETABAHAN
TERHADAP HAMBANYA – HAMBANYA YANG BERIMAN.

Demikian simpul simpul fakta yang telah menggugah jiwa dan fikiran,
ketika kita diperhadapkan pada situasi pilihan
yang dua duanya sangat sulit untuk menentukannya,
antara pengabdian pada daerah
dan mengubah karir agar lebih berkembang disatu sisi
dan meninggalkan seyum bahagia bersama anak istri yang dicintai,
ketenangan hidup dalam istana damai di rumah sendiri tanpa kegaduhan
di sisi yang lainnya


Alhasil apa yang sesungguhnya dicapai
dalam suasana gelak tawa kegembiraan diseberang sana,
hanyalah rintihan terhadap penyesalan
yang tiap harinya datang ibarat badai menerpa tanpa ragu.

Telah berbulan bulan perasaan ini teralami,
 hidup ibarat anak kost yang ketika pulang kerja
walau merasa lelah dan  capek harus berurusan dengan dapur.
 Perut melilit lapar tanpa istri yang harus menghidangkan makanan,
dengan terpaksa harus pula mengayak tapis
hingga beras kelihatan memutih tanpa gabah.

Oleh DINGINNYA MALAM
 ketika angin basah sedang berhembus
 merasuk pada lapis lapis kulit yang menembus daging,
 tanpa terasa badan merebah lunglai memeluk guling 
 saat akan tidur tanpa ada isteri yang menghangatkan badan.

 Suasana yang kurang lebih sama pun terjadi disana,
sang istri dan anak anak tercinta telah menunggu lama
 dibatas penantian sang waktu,
walau dengan mata yang berkaca kaca hendak mengeluarkan air mata
 karena rasa haru, rindu dan khawatir.

 Adakah lentera yang menjanjikan cahaya
 untuk menerangi hidup ditengah kegelapan ?
Adakah kebahagiaan yang kita persembahkan pada anak dan istri
 ketika kembali bersama mereka ?
Jawabannya adalah KITA TUNGGU APA KATA NANTI.

 Semua butuh kesabaran,
semua butuh ketabahan dan semua butuh waktu dan kepastian.
 Walau kita terus menggalakkan semangat yang berapi api,
 dengan raga yang terus meneteskan keringat membasahi segenap tubuh,
namun perasaan rindu ingin bersama sama
dalam bekapan keluarga sangat kita harapkan bersama.

Walaupun kita berusaha menutupi segala kekecewaan
dengan mengubah watak dan live style
tapi pada raut wajah tetap terbaca
 oleh air muka yang sedang mengalami kesedihan.


Sebuah situasi yang membuat kita gerah
adalah ketika anak anak lagi kondisi sakit
 dan kita berusaha kembali menjenguk mereka tanpa apa apa,
lalu menyeberang dengan suasana musim yang lagi tidak bersahabat,
ombak mengayun kapal tanpa henti,
 fikiran geram menakutkan hingga akhirnya khayalan
 selalu saja focus mengingatkan rindu
 pada belahan jiwa yang ditinggalkan
 dengan buah hati tanpa damai.

Sungguh benar benar dilematis,
situasi yang hendak membuat kita berfikir pada dua pilihan,
antara mengemban tugas dan tanggung jawab sebagai abdi Negara
dan urusan keluarga yang harus menjadi perhatian
 karena sebuah tanggung jawab moril yang tidak bisa terelakan.

Akankah semua ini berakhir !
Adakah sebuah penantian akhir
 dari situasi yang kerap membelenggu jiwa.
 Kapankah masa itu tiba dan mengakhiri
seluruh ragam bayang bayang  dan khayal yang tak pasti.

Kita terlalu lama mengharap sebuah keberuntungan
 akan datang menggelar bunga bunga bahagia,
sembari berkedok kepatuhan yang membuat hari hari esok akan cerah,
 namun kita harus sadar bahwa
kemenangan yang indah itu adalah kesuksesan yang dicapai
lewat api api kejuangan tanpa batas,
bukan justru menyantap hidangan yang telah tersedia
diatas meja tanpa bertanya.
Lewat pintu pintu keikhlasan yang Allah peruntukan
 bagi orang orang yang sabar
 SEBUAH ANUGERAH BESAR akan Allah “ AMANAHKAN “
kepada sosok yang akan mampu menerimanya
 dalam dua tangan dan satu jiwa dalam penghambaannya.


Langara, 26 Maret  2016


WAWONII BERSINAR


Share:

1 komentar:

Recent Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *