Baiat Kehidupan

BAI'AT KEHIDUPAN


Tanpa terasa perputaran sumbu bumi telah membilang waktu dengan angka-angka yang pasti, helai-helai nafas yang masih tersisa perlahan mampu menyambung batang-batang usia sampai di umur senja, hingga manusia dapat tegak berdiri pada raut muka bumi walau terpaksa harus merengkuh hidup dengan langkah yang tertatih-tatih. Alangkah sebuah kearifan alam telah memberi nafas panjang walau hanya untuk bertahan hidup sementara diatas dunia, agar manusia bisa merangkai cerita dan kisah-kisah perjalanan hidupnya, yang nanti akan menjadi kenangan disaat-saat usia senja di saat kita sedang menunggu giliran ketika maut kelak akan menjemput kita.

Manusia seharusnya menyadari, bahwa ia dihidupkan sejak dari bayi yang belum bisa apa-apa, hingga ia remaja, dewasa dan tua bangka sampai iapun akhirnya akan mengalami sebuah kematian. Tuhan telah menciptakan manusia dengan kearifan yang sempurna, Tuhan telah memberi anugerah yang agung untuk ia hidup lebih lama tanpa syarat kecuali hanya dengan amanah yang di titipkannya. Ia pun telah membimbing manusia pada jalan yang benar agar manusia dapat kembali menghadap sang khalik dengan pengabdian yang sempurna pula. Maha kuasa Allah telah menempatkan manusia pada raut kecintaan penghambaan diatas bumi yang mengapung diatas samudera alam tanpa pelampung. Sungguh fenomenal, sebuah kemuliaan yang agung Tuhan cipta dengan kodrat alamiah, yang kemudian menjadi azas keabadian yang Allah peruntukan agar manusia banyak mengambil pelajaran dengan hikmah yang tinggi. 

Allah menciptakan manusia dengan eksistensi hidup dalam sebuah perjalanan panjang, dengan amanah yang di peruntukan Allah akan mengujinya seberapa jauh manusia melangkah, hingga ia mampu menunaikan konsekwensi tanggung jawab yang ia emban sebagai khalifah di bumi.

Dari dunia yang terbentang luas ini Allah memberi hikmah tentang makna-makna hidup, agar manusia mau menggunakan akalnya kelak dengan nalar yang ia di peruntukan. Dengan hati dan jiwa yang tersingkap Allahpun memberi pelajaran pada martabat yang agung, rahmat yang tinggi serta naluri yang dalam untuk menelusuri jejak-jejak penghambahan manusia sesuai hakikat atas penciptaannya. Manusia tak lantas bergembira dengan gelak tawa yang terbahak-bahak hingga ia lupa bahwa ia datang tanpa apa-apa ketika dahulunya baru terlahir dan kelak ia akan meninggalkan dunia ini hanya sekedar ia membawa kain kafan yang membungkus tubuhnya berlapis tanah. Tapi manusia kadangkala lupa dan sama sekali tidak menyadari kalau hidupnya hanya dititipkan lewat masa waktu yang Allah sudah tetapkan dengan pasti pada kodrat yang azali .

Kita patut membuka kembali catatan perjalanan hidup dengan perlahan, mulai kita hanya bisa merangkak dari bayi, jatuh bangun hendak kita baru belajar berdiri kemudian berjalan hingga kita mampu berlari kencang menemui ketuaan di akhir pengembaraan nyata diatas dunia ini. Adakah yang bisa kita banggakan dari keuzuran tenaga yang tidak dapat lagi menyangga kaki untuk tegak berdiri karena sudah mulai lemah dan kaku ? Kita hanya bisa ngomong besar dan sesumbar untuk menutupi kelemahan yang di rundung senja, ketika batang-batang usia sudah tinggi dan mulai layu. 

Manusia lahir dengan fitrahnya, laksana kertas putih yang belum bertuliskan apa-apa. Manusia mulai menggoreskan tinta hitam pada lembar suci kehidupan untuk menentukan dirinya, apakah ia akan berjalan sesuai jalur penghambaan yang semestinya ia tercipta ataukah kemudian ia akan berjalan pada kehendak dunia kebebasan yang menurutkan hawa nafsunya sendiri tanpa kendali. 

Hari-hari yang terbuka untuk bisa melakukan aktifitas hidup dengan pasti mencatatkan angka-angka, walau tanpa harus mengelak sesuatu yang terjadi pada dirinya adalah sebuah jalan hidup yang nyata menyangkut identitas penghambaan dan eksistensi kebenaran hidup sesungguhnya yang ia alami. Walau kemudian sederet kisah hidup mengerikan turut serta dalam perjalanan menuju wisata abadi, adalah pilihan hidup kita sendiri yang sebenarnya Allah tidak menentukannya kecuali hanya semata pengabdian yang ia tetapkan sebagai konsekwensi amanah baginya.

Tapi mengapa manusia angkuh dan sombong ! mengapa manusia masih saja mengandalkan kekuatan yang ia punya untuk memperdaya orang lain hanya karena ego yang tinggi. Sungguh ironis, ditengah-tengah cipta maha karya yang Allah peruntukan sebagai pelajaran bagi manusia masih saja terjadi sikap diri yang rendah mengabaikan fungsi-fungsi nalar dan kreatifitas berfikir untuk memproduksi ide serta gagasan. Jiwa suci yang Allah berikan untuk merekam seluruh aktifitas hidup agar perjalanan menuju wisata abadi manusia dapat berada pada rel kebenaran, sehingga kemudian kita dapat mencapai tujuan akhir dengan selamat dan penuh berkah. 

Wahai saudaraku ... semuanya. Andaikata kita bisa memutar kaleidoskop tentang kehidupan kita dari awal, mungkin disana kita hanya bisa tertengadah dan bingung, bilakah terjadi sebuah keajabaian yang kuasa menciptakannya. Tapi mengapa manusia sombong dengan apa yang kini ia miliki padahal iapun tak miliki kekuatan apa-apa kecuali hanya dititipi amanah baginya untuk kemaslahatan sesamanya. Manusia diberi ilmu yang tinggi, diberi kekayaan dan harta yang banyak dan bahkan diberi kekuasaan yang luas untuk mengatur dunia ini, namun manusia murka karena tidak dapat menjaga amanah baginya sesuai anugerah yang dititpkan Allah kepadanya.

Saudaraku... kita berkacalah pada diri karena sesungguhnya diri itu adalah cermin jiwa. Orang tidak akan melihat apa kata yang terucap tapi melihat setiap sikap dan tindakan apa yang telah kita lakukan kemudian, sehingga manusia hanya bernilai pada perbuatannya bukan pada omongannya. Artinya bahwa kita jangan hanya bicara pada tataran konsep dan teori semata tapi butuh tindakan dan implementasi yang nyata sebagai wujud pengabdian hakiki sesungguhnya.

Jika hal itu manusia dapat melakukan maka manusia dapat mencapai harkat kemanusiannya sesuai konsekwensi hidupnya dia diciptakan. Karena itu maka sepatutnya kita merenungi hidup ini dalam samudera ma’rifat dan seketika itu kita mendapat risalah dari pertapaan jiwa terhadap sekalian amanah yang kita emban, maka kelak kita akan mencapai martabat kemanusiaan yang tinggi. 


Langara, 13-02-2016

WAWONII BERSINAR
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *