Dampak Ideologi Greedy Dalam Kulturalisme Budaya Lokal
Oleh : Arief Gazali Sidek
Perspektif Kesejahteraan dalam pandangan dunia modern, telah menjadi tradisi zaman yang membumi sejak masa lampau sampai sekarang. Sejahtera menjadi alasan pembenaran klasik dalam setiap lapis peradaban manusia, karena sebuah nilai hidup dapat diukur melalui tingkat kesejahteraan pemenuhan kebutuhan hidup. Sehingga pada tiap-tiap lapis komunitas, issu-issu kesejahteraan menjadi trend yang amat sangat dan terus menjadi issu penting dalam dinamika perkembangan dunia peradaban masa kini.
Dalam filsafat social kesejahteraan telah menjadi IDEOLOGI yang sangat populer, karena itu keinginan, hasrat dan kesenangan dalam mengumpulkan harta menjadi sebuah ideology sekuler kebendaan, faham materialisme sejati yang didewakan manusia menjadi sebuah identitas baru dan justru mengalahkan ideology ketuhanan.
Tuhan sebagai pencipta alam ini telah menjadi nomor berikut, setelah manusia mulai mendewakan rasionalitas, kemampuan nalar dan kreatifitas berfikirnya untuk merekayasa berbagai ilmu pengetahuan melalui perangkat teknologi yang ia cipta sendiri.
Namun demikian manusia adalah sosok perencana terbatas, manusia memiliki jangkauan akal dinamis terukur dan fluktuatif, sehingga pada gilirannya nanti manusia akan berada dan mencapai titik nadir dengan kondisi lemah, dengan tidak bisa apa-apa secara alamiah.
Menarik garis vertical kealaman yang terjadi hingga kini, tentu saja tidak jauh banyak berbeda. Walaupun lapis zaman berubah dengan hegemoni peradaban yang semakin canggih, justru manusia yang lahir diabad modern memberi sebuah identitas baru dengan symbol-simbol fenomenal. Warna dan karakter tradisi kedalam imajinasi yang fantastic dan menimbulkan dampak yang hampir-hampir tak memberi nilai selain penyaksian realitas kebendaan material yang membawa alam fikiran manusia pada satu sudut pandang yakni GLAMOUR dan KEBEBASAN.
Untuk menbendung gelombang Tsunami arus zaman yang secara beruntun dapat menghabisi tumbuhnya nilai-nilai spritualitas, disetiap komunitas dari bangsa-bangsa di dunia ini masih punya benteng kekuatan, sehingga sumbu-sumbu kearifan untuk mempertahankan gradasi nilai pada tatanan kehidupan dapat bertahan. Salah satu diantaranya adalah penghargaan dan pemuliaan nilai-nilai manusia melalui CULTUR BUDAYA sebagai perekat kepribadian bangsa atas nilai-nilai manusia itu sendiri.
Manusia lebih menghargai pada karya ciptaannya sendiri, manusia lebih patuh pada aturan tata nilai yang dibawanya sendiri, ketimbang harus mengadopsi nilai-nilai aktualitas yang sempurna sekalipun itu adalah sebuah kebenaran yang hakiki.
IDEOLOGI GREEDY yang menghamparkan kecenderungan zaman semakin melambungkan manusia pada KESERAKAHAN, menutup mata hati dan nurani manusia pada kepatuhan dengan nilai-nilai spiritual agamis, sehingga manusia cenderung pula untuk menciptakan konflik baik yang bersifat communal maupun individualis. Semua itu bertujuan untuk menjaga penguasaan terhadap materialisme kebendaan yang ia miliki dan terus mempertahankannya.
Ideologi Greedy (Keserakahan) bersumber dari sifat tabiat dasar manusia, serakah menjadi sebuah kristalisasi nilai yang cenderung merusak sendi-sendi batiniah, mendorong hasrat dan keinginan untuk lebih banyak menimbun harta dan kekuasaan. Sehingga dengan penguasaan nilai-nilai material kebendaan, manusia cenderung pula menjadikan standar hidup satu-satunya hanya pada ketergantungan nilai-nilai capital dengan mengesampingkan hal – hal lain yang bersifat sosial.
Dalam banyak hal urusan mengenai tata hidup manusia selalu berimplikasi pada dinamika kehidupan social budaya masyarakat. Baik pada kehidupan yang bersifat individu maupun pada kelompok masyarakat yang lebih luas, sehingga unsur-unsur pragmatisme yang mencerminkan nilai-nilai keadaban, telah tereduksi oleh sebuah sistem tata nilai baru akibat hegemoni keserakahan atau faham kebendaan dalam ideology greedy.
Mestinya manusia sebagai makhluk yang berbudaya memiliki kemapanan mental dan spiritual yang tinggi, karena manusia telah memiliki nilai-nilai dasar yang kokoh untuk berafiliasi pada berbagai kondisi tanpa mudah terpengaruh pada kecenderungan duniawi dengan basis material semata.
Wawonii adalah sebuah identitas, cultur dan budaya yang melekat dalam identitas ke Wawonii an, baik ia sebagai symbol komunitas, suku/etnis maupun pada pemaknaan historis dan bahasa yang digunakan oleh penghuni akan pulau ini yang bernama WAWONII.
Wawonii sebagai budaya yang memiliki akar yang kuat mestinya menjadi benteng yang tangguh untuk membendung hegemoni perubahan zaman dengan glamour kebebasan modern yang tidak memiliki etika dan moral. Sungguhpun kita tidak dapat menghindari arus teknologi global yang mereduksi nilai-nilai moral dan etika dalam memahami tuntutan kebutuhan zaman yang merambah dunia hingga kepolosok desa sekalipun.
Wawonii sebagai bagian dari komunitas teknologi dunia sepatutnya dapat mengantisipasi persoalan budaya baru kecenderungan arus zaman, dapat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat tanpa martabat. Masalah ini tentu menjadi beban dan tanggung jawab generasi untuk menata sistem budaya sebagai sumbu karakter bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga bagi kita semua terutama pemerintah untuk mencari bentuk-bentuk solusi terhadap dampak kedigdayaan budaya dunia yang tanpa batas.
Mainstream dan formulasi sistem satu-satunya yang harus dilakukan adalah menumbuhkembangkan akar budaya dan agama menjadi pilar suprastruktur utama moral yang mampu membentengi nafas-nafas kerohanian menjadi sandaran dalam menata generasi dalam perspektif masa depan.
Sungguhpun demikian, sebagai masyarakat wawonii dan pemerhati budaya seyogyanya terus berupaya menggalakan pelestarian budaya Wawonii dari ancaman kepunahan sekalipun dengan referensi yang terbatas.
Bahkan kita semua merasa bertanggung jawab dan lebih intens mencari formula-formula kreatif agar kemudian budaya Wawonii yang menjadi identitas martabat masyarakat dapat memberi warna karakter pembeda ditengah-tengah masyarakat budaya bangsa.
Oleh : Arief Gazali Sidek
Perspektif Kesejahteraan dalam pandangan dunia modern, telah menjadi tradisi zaman yang membumi sejak masa lampau sampai sekarang. Sejahtera menjadi alasan pembenaran klasik dalam setiap lapis peradaban manusia, karena sebuah nilai hidup dapat diukur melalui tingkat kesejahteraan pemenuhan kebutuhan hidup. Sehingga pada tiap-tiap lapis komunitas, issu-issu kesejahteraan menjadi trend yang amat sangat dan terus menjadi issu penting dalam dinamika perkembangan dunia peradaban masa kini.
Dalam filsafat social kesejahteraan telah menjadi IDEOLOGI yang sangat populer, karena itu keinginan, hasrat dan kesenangan dalam mengumpulkan harta menjadi sebuah ideology sekuler kebendaan, faham materialisme sejati yang didewakan manusia menjadi sebuah identitas baru dan justru mengalahkan ideology ketuhanan.
Tuhan sebagai pencipta alam ini telah menjadi nomor berikut, setelah manusia mulai mendewakan rasionalitas, kemampuan nalar dan kreatifitas berfikirnya untuk merekayasa berbagai ilmu pengetahuan melalui perangkat teknologi yang ia cipta sendiri.
Namun demikian manusia adalah sosok perencana terbatas, manusia memiliki jangkauan akal dinamis terukur dan fluktuatif, sehingga pada gilirannya nanti manusia akan berada dan mencapai titik nadir dengan kondisi lemah, dengan tidak bisa apa-apa secara alamiah.
Menarik garis vertical kealaman yang terjadi hingga kini, tentu saja tidak jauh banyak berbeda. Walaupun lapis zaman berubah dengan hegemoni peradaban yang semakin canggih, justru manusia yang lahir diabad modern memberi sebuah identitas baru dengan symbol-simbol fenomenal. Warna dan karakter tradisi kedalam imajinasi yang fantastic dan menimbulkan dampak yang hampir-hampir tak memberi nilai selain penyaksian realitas kebendaan material yang membawa alam fikiran manusia pada satu sudut pandang yakni GLAMOUR dan KEBEBASAN.
Untuk menbendung gelombang Tsunami arus zaman yang secara beruntun dapat menghabisi tumbuhnya nilai-nilai spritualitas, disetiap komunitas dari bangsa-bangsa di dunia ini masih punya benteng kekuatan, sehingga sumbu-sumbu kearifan untuk mempertahankan gradasi nilai pada tatanan kehidupan dapat bertahan. Salah satu diantaranya adalah penghargaan dan pemuliaan nilai-nilai manusia melalui CULTUR BUDAYA sebagai perekat kepribadian bangsa atas nilai-nilai manusia itu sendiri.
Manusia lebih menghargai pada karya ciptaannya sendiri, manusia lebih patuh pada aturan tata nilai yang dibawanya sendiri, ketimbang harus mengadopsi nilai-nilai aktualitas yang sempurna sekalipun itu adalah sebuah kebenaran yang hakiki.
IDEOLOGI GREEDY yang menghamparkan kecenderungan zaman semakin melambungkan manusia pada KESERAKAHAN, menutup mata hati dan nurani manusia pada kepatuhan dengan nilai-nilai spiritual agamis, sehingga manusia cenderung pula untuk menciptakan konflik baik yang bersifat communal maupun individualis. Semua itu bertujuan untuk menjaga penguasaan terhadap materialisme kebendaan yang ia miliki dan terus mempertahankannya.
Ideologi Greedy (Keserakahan) bersumber dari sifat tabiat dasar manusia, serakah menjadi sebuah kristalisasi nilai yang cenderung merusak sendi-sendi batiniah, mendorong hasrat dan keinginan untuk lebih banyak menimbun harta dan kekuasaan. Sehingga dengan penguasaan nilai-nilai material kebendaan, manusia cenderung pula menjadikan standar hidup satu-satunya hanya pada ketergantungan nilai-nilai capital dengan mengesampingkan hal – hal lain yang bersifat sosial.
Dalam banyak hal urusan mengenai tata hidup manusia selalu berimplikasi pada dinamika kehidupan social budaya masyarakat. Baik pada kehidupan yang bersifat individu maupun pada kelompok masyarakat yang lebih luas, sehingga unsur-unsur pragmatisme yang mencerminkan nilai-nilai keadaban, telah tereduksi oleh sebuah sistem tata nilai baru akibat hegemoni keserakahan atau faham kebendaan dalam ideology greedy.
Mestinya manusia sebagai makhluk yang berbudaya memiliki kemapanan mental dan spiritual yang tinggi, karena manusia telah memiliki nilai-nilai dasar yang kokoh untuk berafiliasi pada berbagai kondisi tanpa mudah terpengaruh pada kecenderungan duniawi dengan basis material semata.
Wawonii adalah sebuah identitas, cultur dan budaya yang melekat dalam identitas ke Wawonii an, baik ia sebagai symbol komunitas, suku/etnis maupun pada pemaknaan historis dan bahasa yang digunakan oleh penghuni akan pulau ini yang bernama WAWONII.
Wawonii sebagai budaya yang memiliki akar yang kuat mestinya menjadi benteng yang tangguh untuk membendung hegemoni perubahan zaman dengan glamour kebebasan modern yang tidak memiliki etika dan moral. Sungguhpun kita tidak dapat menghindari arus teknologi global yang mereduksi nilai-nilai moral dan etika dalam memahami tuntutan kebutuhan zaman yang merambah dunia hingga kepolosok desa sekalipun.
Wawonii sebagai bagian dari komunitas teknologi dunia sepatutnya dapat mengantisipasi persoalan budaya baru kecenderungan arus zaman, dapat mempengaruhi sendi-sendi kehidupan masyarakat tanpa martabat. Masalah ini tentu menjadi beban dan tanggung jawab generasi untuk menata sistem budaya sebagai sumbu karakter bangsa dalam kehidupan bermasyarakat, sehingga bagi kita semua terutama pemerintah untuk mencari bentuk-bentuk solusi terhadap dampak kedigdayaan budaya dunia yang tanpa batas.
Mainstream dan formulasi sistem satu-satunya yang harus dilakukan adalah menumbuhkembangkan akar budaya dan agama menjadi pilar suprastruktur utama moral yang mampu membentengi nafas-nafas kerohanian menjadi sandaran dalam menata generasi dalam perspektif masa depan.
Sungguhpun demikian, sebagai masyarakat wawonii dan pemerhati budaya seyogyanya terus berupaya menggalakan pelestarian budaya Wawonii dari ancaman kepunahan sekalipun dengan referensi yang terbatas.
Bahkan kita semua merasa bertanggung jawab dan lebih intens mencari formula-formula kreatif agar kemudian budaya Wawonii yang menjadi identitas martabat masyarakat dapat memberi warna karakter pembeda ditengah-tengah masyarakat budaya bangsa.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar