Cinta Yang Mengapung

Cinta Yang Mengapung
Karya : Arief Gazali Sidek



Sinar sepenggalan naik perlahan
dari peraduan waktu,
cahaya yang mencerah angkasa
memenuhi dinding-dinding fatamorgana,
hingga kita hanya mampu menatap,
tercengang dan bahkan jatuh tersungkur
pada ratap-ratap penghambaan duniawi.

Bilakah sebuah anugerah suci
hendak menerangi alam raya tanpa penghalang,
semua pasti tunduk
pada amanah yang kuasa tanpa kecuali.

Tetes anugerah yang membumi
dengan secercah cahaya abadi
hendak membangunkan tiang-tiang peradaban yang rapuh,
tertunduk lesu di kolong langit yang dalam,
seraya jiwa-jiwa yang menyeru
pada fatwa alam hendak bertanya,
mengapa kita dibiarkan hanyut tanpa arah
di tengah samudera hidup yang luas
dan mengapa pula kita dibiarkan tanpa peduli
surut ke laut lepas tanpa bahtera penghambaan.

Dunia bisu tak bersuara,
bumi gersang tanpa pepohonan rindang.
Dari sudut mana manusia kelak dapat bertanya.
Adakah kayu yang merakit titian
hingga kita kedarat sejahtera ?
Bilakah darat terbentang luas untuk sekedar dapat berjalan ?
Alam tuli untuk memberi jawaban,
angin tak lagi berdesir memberi suara.
Semua hampa tunduk pada perintah alam gaib.
Ketika itu tak ada lagi yang bisa berkata
kecuali perasaan suci yang namanya CINTA.

Allah meletakan cinta diatas pengapungan yang luas,
ditengah lautan biru
dengan arus dan gelombang memecah,
dengan badai menerjang tanpa henti.
Walau itu sebuah hikmah yang diperuntukkan
agar kita kembali merenung akan kejadian,
dimana Allah menentukan titik-titik awal
dari permulaan kita melangkah dan berjalan.
Cinta adalah hikmah bukan perasaan,
cinta bukan asmara tapi sebuah perenungan
dan cinta bukanlah hasrat dan kerinduan tapi sebuah kebajikan.
Cinta bukan persepsi naluriah
dan cinta bukan milik manusia.

Manakah hakikat dari sebuah kebenaran
yang menjadi ilustrasi sesungguhnya.
Walau itu sesungguhnya adalah hikayat alam
yang menjabarkan kemuliaan
tapi cinta yang dikandung dalam lautan makna
adalah cinta sebagai anugerah hidup
yang diletakan Allah pada pemahaman empiris
sebagai tanda-tanda alam yang nyata.
Demi pada alam yang menghampar jauh,
pada laut yang terbentang luas
dan pada bumi yang berkeping-keping,
Allah memberi anugerah kemuliaan
dengan mengapungkan cinta diatas bahari yang indah.
Walau itu yang pasti
tanah dimana tempat kita berpijak
pada sebuah pulau yang melambangkan cinta
yang berarti sebuah kebajikan.

CINTA YANG MENGAPUNG
demikian ilustrasi yang diterjemahkan
lewat pintu-pintu imajinasi,
baiat keindahan
yang diungkapkan lewat jendela intuisi
bahwa setitik anugerah yang padat
dengan nilai-nilai kebajikan,
segumpal kemegahan
di atas samudera penghambaan
oleh sang maha pencipta meletakan kodrat,
menancapkan keagungan dan melebarkan kekuasaan
hingga menumbuhkan daratan
menjadi sebuah pulau
yang berbentuk hati bernama pulau Wawonii.

Tanpa terasa
hingga kita telah menyurutkan pikiran dan khayal
untuk sekedar memaknai ekspresi
dalam sebuah imajinasi tanpa batas,
mengoyak nalar yang menyentak ilustrasi,
walau sesungguhnya hanyalah sebuah ungkapan
dari butiran-butiran semu
yang membawa pikiran pada dimensi maknawi.

Sungguh sebuah khayal yang melambung tinggi
menyeruak angkasa
hanya untuk menterjemahkan hikmah kebajikan
pada sebuah pulau dimana kita harus menatap langit.
Pulau Wawonii
Adalah “ CINTA YANG MENGAPUNG “
diatas samudera kehidupan,
asmara yang membawa binar-binar pencerahan
untuk menerangi kegelapan nurani
dengan cahaya keagungan
untuk meletakan martabat pada
dimensi kemanusiaan.


Langara, 2 Februari 2016
WAWONII BERSINAR
Share:

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Recent Posts

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *